Panglima Perang Termuda



Dalam waktu kurang dari 2 tahun, Muhammad Ibn Qasim, seorang kacung muda yang belum berusia 17 tahun, dengan kemampuan militernya yang luar biasa mampu menghadapi pasukan-pasukan terhebat sehingga anak benua dapat bersatu. Dan berkat keberhasilannya yang mengagumkan bersama sebuah pasukan kecil ang beranggotakan 6.000 orang, dia berhasil membentuk babak keemasan  dalam sejarah peperangan di abad pertengahan. Menurut Lane Poole, seorang ahli sejarah inggris terkenal, babak keemasan itu merupakan "Roman sejarah ang mempesona."

Muhammad Ibn Qasim lahir pada suatu masa ketika pemerintahan militer Islam menguasai ketiga benua terkenal. Di Barat, Musa Ibn Nusair telah menaklukan seluruh daerah Afrika Utara. Dia bersama pembantunya yang cakap, Tariq ibn Ziyad, telah menduduki pula Semenanjung Iberia dengan kecepatan mengagumkan. Di Timur, Qutaiba ibnu Muslim telah menghancurkan perlawanan kaum Tartar dan membawa  Asia Tengah kebawah bendera Islam. Di Sind, Muncul Muhammad Ibn Qasim pada tahun 712 Masehi dan dalam waktu kurang dari 2 tahun ia merebut seluruh Baluchista, Sind, dan Bahawalpur sampai ke Multan.

Sind kala itu diperintah oleh Raja Dahir, putra Charch, negarawan dan administrator besar yang dilahirkan anak benua tersebut. Negara yang diperintah oleh Raja Dahir adalah negara terkuat dianak benua itu. Negara itu terdiri dari seluruh Sind, Baluchistan, Markam, Gujarat, Marwar  dan sebagian Punjab. Ibu kotanya adalah Debal, terletak dipinggir sungai indus didekat pantai.

Raja Dahir adalah seorang raja yang angkuh. Dia memberika perlindungan kepada sejumlah pemberontak kekhalifahan Islam. Selain itu orang-orangnya merampas barang-barang milik pedagang Islam dekat Debal, sewaktu mereka sedang dalam perjalanan ke Arab dari Ceylon.

Anak buah raja Dahir tidak saja telah merampas dagangan saudagar-saudagar Islam, tetapi jjuga menahan anak-anak dan wanita-wanita mereka, dan sang raja menolak membebaskan mereka walaupun pengaduan telah disampaikan  oleh Khalifah kepada beliau. hal ini yang menyebabkan dilakukannya penyerangan terhadap Sind.

Hajjaj bin Yusuf, raja muda Khalifah Ummayah di Irak, paman dan sekaligus mertua Muhammad Ibn Qasim, mengatur semua usaha itu dan mempercayakan pimpinan sebuah pasukan kecil beranggotakan 6.000 orang yang dipersenjatai dengan baik pada Qasim muda. panglima perang muda ini berangkat dengan kecepatan yang mengagumkan dan mengepung Debal.

Dia membawa 2 jenis senjata baru, yaitu ketapel dan bola api. Senjata pertama digunakan untuk menghujani musuh dengan batu dan senjata kedua untuk ditembakkan pada musuh. Pasukannya sangat kecil dibandingkan dengan pasuka musuh ang terdiri dari 10.000 orang. Pasukan musuh itu didukung pula oleh gajah dan kesatuan tempur yang terdiri dari pemanah-pemanah jempolan.

Raja Dahir tidak sendirian, karena ia didukung oleh temannya raja-raja Hindu yang tersebar diseluruh pelosok anak benua itu. Ia biasanya menggunakan taktik yang membuat letih musuh dan kemudian menghancurkannya. Dia bahkan mengunci dirinya dibalik tembok kota Debal yang kokoh dan tidak dapat dimasuki itu.

Kemenangan Islam dalam peperangan ini dianggap berasal dari ketapel raksasa yang bernama “Uroos” itu. Sebutir batu yang dilontarkan “Uroos” itu sanggup menurunkan bendera yang sedang berkibar dipuncak candi yang paling besar didalam benteng itu. Orang-orang yang terkepung dalam benteng itu, menyangka hal itu sebagai pertanda buruk, segera keluar dan akhirnya kalah dengan menderta kerugian yang besar.

Dalam jangka waktu 2 tahun, dari tahun 712 sampai tahun 714 Masehi, Muhammad Ibn Qasim memenangkan 11 kali pertempuran berdarah melawan pasukan-pasukan Raja Dahir dan konco-konconya yang kuat itu. Walaupun mendapat rintangan yang besar dan hanya mengerahkan pasukan kecil, dia tidak pernah menderita kekalahan.

Setelah merebut Debal, dia bergerak menuju Nerwal, yang juga menyerah tanpa perlawanan. Dia kemudian bergerak menuju Bherah dimana dia berhasil mengalahkan Raja Vijay ray. Selanjutnya, dia merebut Sehwan, benteng Sesam dan Ashihah tanpa banyak rintangan. Dia juga bergerak ke sisi barat sungai indus. Dekat Jhimpir deia berhadapan dengan pasukan Raja Dahiryang kuat ang dikomandoi oleh Jai singh, yang ditempatkan di sisi timur sungai Indus.

Muhammad ibn  Qasim membuat rencsns yang unik untuk meyebrangi sungai ang lebar dan berarus kuat itu. Dia mengikat perahu satu sama lainsehingga panjangnya  sama dengan lebar sungai itu.  Lalu ia mengawaki setiap perahu dngan lima pemanah pilihan dan perahu paling depan dilengkapi dengan mangonel (semacam mesin) untuk menarik perahu tersebut. Dia kemudian memerintahkan agar  seemua perahu bergerak mengukuti arus. Perahu-perahu itu bergerak secara sistematis, dan dibawah hujan anak panah, pasukan musuh yang kuat yang menguasai pinggir sebrang sungai itu terpukul mundur. Ketapel-ketapel raksasa didaratkan, sememtara pasukan Islam mendarat dengan segera dan menyerang musuh, serta melumpuhkan mereka dengan kerugian yang besar.

Pasukan Islam merebut Jhimpir dan mengikuti tentara Raja Dahir yang sedang berada dibenteng Rawar, tempat pertempuran yang mengesankan itu berkobar. Dalam pertempuran ini, walaupun dengan kekuatan yang jauh lebih unggul, orang-orang hindu dikalahkan dan Raja Dahir terbunuh. Pertempuran seru lainnya ang dilakukan oleh Muhammad Ibn Qasim adalah yang terjadi di Brahmanabad, dimana  Jai Singh menghadapinya dengan 40.000 tentara. Jai singh dikalahkan dan melarikan diri ke Kashmir.

Selanjutnya tentara Islam berhasil merebut Aror (Rohri) setelah terlibat dalam suatu pertumpahan darah yang seru. Pasukan Islam terus maju ke Sikka, yang baru dapat mereka rebut setelah bertempur menaklukkan Multan, dimana mereka mendapat benak harta benda.

Pasukan Islam ini berhasil berkat keunggulan taktik militer dan keberanian serta keahlian pribadi komandan muda Muhammad Ibn Qasim serta keberanian dan kedisiplinan tentara Islam ang sangat luar biasa. Dia unggul baik dalam melaksanakan pengepungan maupun dalam peperangan terbuka. Rencana-rencana rahasia dan serangan pasukan cadangan sering membawa kemenangan baginya.

Muhammad Ibn Qasim ternyata juga sangat hebat, baik dalam peperangan maupun dalam suasana damai. Dia membuktkan dirinya sebagai pemimpin yang cakap. Pemerintahannya yang adil dan bijaksana selama 2 tahun, pembaruan dalam bidang pertanian, dan kebijaksanaan atau politik kebudayaannya membuatnya dengan cepat disayangi oleh rakyatnya, baik yang beragama Islam maupun yang bukan. Setelah kepergian penyokong-penyokongnya, Hajjaj bin Yusuf dan Khalifah Walid, dia ditangkap, dipanggil pulang oleh Khalifah Sulaiman. Dan rakyat Sind mengucapkan selamat jalan dan melepasnya dengan hati yang sangat berat.

IBU BERDIMENSI SURGA

Dulu, pertanyaannya HANYA :  1. bagaimana kabarnya?... sekarang nambah, "lancar ibadahnya?" 2. bagaimana uang jajanny...